Taiwan Menolak Permintaan AS, Fokus pada Produksi Chipset

Esamesta.com, Dunia – Taiwan memiliki peran penting dalam industri semikonduktor global, terutama melalui perusahaan besar seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). TSMC adalah perusahaan manufaktur semikonduktor terbesar di dunia, yang menyediakan komponen kritis untuk berbagai produk elektronik yang digunakan di seluruh dunia. Keunggulan ini membuat Taiwan menjadi pusat produksi chip yang sangat diminati oleh negara-negara lain.

Penolakan Taiwan terhadap Permintaan AS

Dalam sebuah pernyataan terbaru, Wakil Perdana Menteri Taiwan, Cheng Li-chiun, menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah berkomitmen untuk membagi kapasitas produksi chipset secara seimbang dengan Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan setelah kembali dari misi negosiasi tarif impor ke AS. Cheng mengatakan bahwa masyarakat bisa tenang karena tidak ada kesepakatan resmi yang dibuat dalam hal pembagian produksi 50:50 antara Taiwan dan AS.

Permintaan tersebut datang dari Howard Lutnick, Menteri Perdagangan AS, yang meminta Taiwan untuk membagi produksi chip secara seimbang. Ia juga menyebut konsep “Silicon Shield”, yang merujuk pada dominasi Taiwan dalam industri semikonduktor. Konsep ini sering dikaitkan dengan posisi tawar Taiwan dalam menjaga keamanan negaranya, terutama terkait dinamika geopolitik dengan China.

Baca Juga :  Gubernur Al Haris Halal Bihalal Bersama Kepala Daerah Jambi Wilayah Barat di Bangko

Perspektif AS tentang “Silicon Shield”

Lutnick mengatakan bahwa AS membutuhkan 50 persen produksi chip untuk melindungi Taiwan. Ia menegaskan bahwa jika Taiwan memiliki 95 persen dari produksi, bagaimana AS bisa mendapatkan bagian yang cukup untuk melindungi Taiwan. Dengan memiliki setengah dari produksi, AS akan memiliki kapasitas untuk melakukan apa yang diperlukan, jika memang diperlukan.

Permintaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Taiwan, serta meningkatkan ketegangan antara Taiwan dan AS. Di sisi lain, hubungan antara China, Taiwan, dan AS sangat kompleks. Beijing tetap bersikukuh bahwa Taiwan adalah bagian dari teritorinya, sedangkan Taiwan menegaskan bahwa mereka berdaulat dan bukan bagian dari RRC.

Ketegangan Geopolitik yang Menghangat

Ketegangan antara China dan Taiwan saat ini sedang menghangat. Presiden Xi Jinping sangat berambisi untuk membawa Taiwan di bawah kendali China, bahkan jika harus menggunakan kekuatan. Sementara itu, AS, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, memiliki kemitraan dagang yang cukup erat, terutama dalam suplai produk semikonduktor. AS juga kerap disebut sebagai pendukung Taiwan.

Baca Juga :  Syarat Penghapusan Hutang yang Diteken Presiden Prabowo

Namun, hubungan AS-China beberapa tahun terakhir cukup panas, hingga sempat terjadi perang tarif. Hal ini menambah kompleksitas situasi yang dihadapi Taiwan.

Respons Politisi Taiwan

Belum jelas apakah negosiasi antara AS-Taiwan melibatkan TSMC atau tidak. Yang pasti, penolakan tidak hanya diungkapkan oleh Cheng Li-chiun. Pejabat lain, seperti legislator dari partai oposisi Kuomintang (KMT), Yu-Chen, juga mengecam tuntutan AS. Ia menilai bahwa permintaan AS merupakan perampasan, alih-alih kerja sama.

Yu-Chen menegaskan bahwa jika AS memaksakan pembagian kapasitas produksi chip TSMC, maka “Silicon Shield” akan melemah dan pengaruh keamanan strategis Taiwan akan hilang sepenuhnya. Ia menambahkan bahwa Taiwan membutuhkan sekutu, namun bukan sekutu yang hanya peduli dengan keamanan negaranya sendiri, sementara mengabaikan Taiwan.

Keterlibatan TSMC dalam Investasi AS

Taiwan menilai AS sering kali menuntut banyak hal. Pada tahun 2020, TSMC mengumumkan investasi sebesar 12 miliar dollar AS untuk membangun fasilitas chip di Phoenix, Arizona, AS. Kemudian, awal tahun ini, TSMC meningkatkan total investasinya menjadi 165 miliar dengan ekspansi pabrik.

Baca Juga :  Contoh Teks Eksplanasi Lengkap dan Strukturnya untuk Referensi

Namun, di awal era Trump, AS menaikkan tarif impor Taiwan sebesar 32 persen. Taiwan segera melakukan negosiasi dan menjadi salah satu negara awal yang bernego. Akhirnya, tarif impor bisa ditekan menjadi 20 persen.

Kekhawatiran Masyarakat Taiwan

Dinamika ini memicu kekhawatiran masyarakat Taiwan. Beberapa di antaranya melihat AS menggunakan tekanan politik untuk mengambil keunggulan industri utama Taipei. Arisa Liu, direktur Taiwan Institute of Economic Research, menilai bahwa tuntutan baru AS soal pembagian kapasitas produksi chip lebih banyak merugikan Taiwan.

Menurut Liu, investasi besar dan membagi kapasitas produksi dengan AS pasti akan melemahkan ekosistem Taiwan sendiri, merusak integritas rantai pasokannya. Keunggulan Taiwan dalam industri semikonduktor tidak didapatkan dengan “jentikan jari”. Kolaborasi antara konsentrasi pelaku industri dari pemasok wafer silikon hingga produsen peralatan dan penyedia layanan, menjadi kunci utama. Hal tersebut membentuk ekosistem rantai pasokan yang lengkap dan berfungsi secara efisien, sesuatu yang dibutuhkan dalam manufaktur semikonduktor. (sam)