Esamesta.com, Film – Setelah sekitar 15 tahun dinantikan oleh penggemar, Disney akhirnya merilis film Tron: Ares. Film ketiga dari waralaba Tron ini telah resmi tayang di bioskop Indonesia mulai tanggal 8 Oktober 2025. Saya diberi kesempatan untuk menyaksikan film ini sebelum tayang resmi. Berikut adalah beberapa poin penilaian yang saya catat setelah menonton.
Efek CGI yang Mengesankan
Salah satu hal yang membuat saya terkesan dengan film Tron: Ares adalah efek CGI-nya. Sepanjang film berlangsung, CGI yang disajikan sangat memukau dan mampu membawa penonton ke dalam alur cerita yang menarik. Mengingat ini adalah film fiksi, efek visual menjadi sangat krusial. Sutradara Joachim Ronning tahu betul tentang pentingnya itu. Maka dari itu, CGI dalam film ini tidak murahan dan justru menjadi daya tarik utama bagi penonton untuk tetap menonton hingga akhir.
Ronning juga bukan kali ini saja terlibat dalam film garapan Disney. Sebelumnya, ia pernah bekerja pada film Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales (2017) dan Maleficent: Mistress of Evil (2019). Hal ini membuktikan bahwa ia memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadirkan kualitas visual yang baik.
Durasi Film yang Terasa Lama
Film Tron: Ares memiliki durasi sekitar 1 jam 59 menit. Meskipun lebih pendek dibandingkan Tron: Legacy yang berdurasi 2 jam 5 menit, saya merasa durasi tersebut terasa cukup lama. Namun, cerita yang disajikan tidak kurang menarik. Kisah Ares dan Eve di dalam film ini dihiasi dengan bagian-bagian seru dan menegangkan, bahkan ada bagian yang bisa membuat penonton tertawa.
Saran dari saya, jika kamu ingin menonton film ini di bioskop, pastikan sudah ke toilet terlebih dahulu agar tidak melewatkan satu scene pun. Jika perlu, bawalah popcorn dan minuman untuk menemani tontonanmu.
Bisa Dinikmati Tanpa Menonton Film Sebelumnya
Saya sendiri belum pernah menonton film Tron sebelumnya. Tapi, saya merasa film Tron: Ares masih bisa dinikmati meskipun kamu belum menonton franchise sebelumnya. Dalam wawancara dengan Collider, Ronning menjelaskan bahwa penonton tidak harus menonton film Tron sebelumnya untuk memahami cerita Tron: Ares.
“Kurasa tidak. Tidak ada salahnya menjadi bagian dari semesta, tahu? Jeff Bridges kembali. Aku sudah membuat beberapa sekuel, tapi aku masih menganggapnya sebagai film tersendiri. Dan kurasa film ini juga. Sangat.”
Meski begitu, jika kamu ingin menonton seluruh waralaba Tron, kamu bisa memulai dari Tron (1982), kemudian Tron: Legacy (2010), dan serial animasi Tron: Uprising (2012-2013).
Penampilan Para Pemeran
Penilaian saya terhadap film ini tidak hanya berupa alur cerita dan durasi. Saya juga ingin memberikan penilaian terhadap para aktor dalam film ini. Jared Leto berperan sebagai Ares, seorang program yang diciptakan Julian Dillinger. Ia mampu menampilkan perannya dengan baik, seperti robot yang perlahan-lahan mengenali dunia sekitarnya.
Greta Lee sebagai Eve Kim juga menunjukkan performa yang cukup baik. Sementara itu, Jodie Turner-Smith berperan sebagai Athena, yang berusaha keras mendapatkan kode permanen milik Flynn yang diketahui oleh Eve. Di sisi lain, Evan Peters sebagai tokoh antagonis Julian Dillinger masih kurang maksimal. Julian terasa tidak memiliki kekuatan saat Athena sangat kuat dan sulit dihentikan karena perintah yang ia berikan.
Layak Ditonton di Bioskop
Dari penilaian di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa film Tron: Ares layak ditonton di bioskop, terutama di layar IMAX. Menurut saya, kamu akan mendapatkan pengalaman yang lebih menarik dari segi audio dan visual jika menonton di IMAX.
Jika kamu sudah menonton film Tron sebelumnya, saya menyarankan kamu tidak ketinggalan menonton Tron: Ares di bioskop. Karena, film ini merupakan sequel standalone yang bisa dinikmati secara mandiri. Jadi, selagi masih tayang di bioskop, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikannya secara langsung. (sam)
