Institut Hebat: Prabowo Bangun Ekonomi Seperti Deng Xiaoping, Negara Lebih Kuat

Esamesta.com, Nasional – Ketua Dewan Direktur Great Institute, Syahganda Nainggolan, menyatakan bahwa arah kebijakan ekonomi Presiden Prabowo Subianto menunjukkan kesamaan dengan pemikiran pemimpin reformasi ekonomi Tiongkok, Deng Xiaoping. Menurutnya, Prabowo mengusung gaya sosialis yang pragmatis, berbeda dari pendekatan neoliberal yang dianut oleh mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

“Prabowo ini kepalanya seperti Deng Xiaoping. Dia pengen jadi sosialis yang pragmatis,” ujarnya dalam acara Peluncuran Bisnis Indonesia Economic & Financial Report (BIEFR) 2025.

Deng Xiaoping adalah sosok penting dalam transformasi ekonomi Tiongkok. Ia merupakan penerus Mao Zedong dan dikenal sebagai pemimpin progresif yang memulihkan ekonomi negara setelah kehancuran akibat Revolusi Budaya. Meski berasal dari komunisme, ia menekankan pragmatisme ekonomi dan membuka jalan bagi reformasi besar-besaran. Salah satu hasil kebijakannya adalah pembangunan Shenzhen, kota di selatan Tiongkok yang menjadi simbol transformasi ekonomi negara tersebut.

Kebijakan Ekonomi yang Menginspirasi

Peneliti China, Kerry Brown, dalam artikelnya ‘Deng Xiaoping Southern Tour’, mencatat bahwa perjalanan Deng ke wilayah selatan pada 1980-an saat ekonomi lesu menginspirasi reformasi total yang melahirkan pertumbuhan pesat dan liberalisasi ekonomi. Melalui kebijakan Zona Ekonomi Khusus (ZEK) yang serupa dengan kawasan ekonomi khusus di Indonesia, Deng membuka Tiongkok terhadap investasi asing, terutama di Shenzhen yang dekat dengan Hong Kong.

Baca Juga :  Orang Tua Murid Terpaksa Patungan Bayar Gaji Guru Agama Kristen di Muaro Jambi

Kota itu berkembang dari desa nelayan menjadi pusat industri dan teknologi global, markas bagi raksasa seperti Tencent. Menurut Hurun Global Rich List 2023, Shenzhen menempati peringkat keempat kota dengan miliarder terbanyak di dunia, berada di bawah Beijing, New York, dan Shanghai.

Kesamaan Pandangan Ekonomi Prabowo dan Purbaya Yudhi Sadewa

Syahganda juga menyinggung kecocokan pandangan ekonomi Prabowo dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Setahun lalu, Syahganda sempat berdiskusi dengan bendahara negara baru itu. Politikus itu menilai Purbaya lebih sejalan dengan Prabowo, ketimbang menkeu sebelumnya yaitu Sri Mulyani yang memegang mazhab ekonomi neoliberal.

“Kalau menteri itu harus sepenuh hati melayani presidennya. Nah, kalau Bu Sri Mulyani enggak bisa karena mazhabnya beda. Bukan soal jahat atau enggak, ini mazhabnya beda. Bu Sri Mulyani mazhabnya yang disebut orang neolib dan itu enggak ada yang salah karena itu pilihan saja,” tuturnya.

Pengaruh Keluarga dan Investor Global

Syahganda menambahkan, pandangan ekonomi Prabowo banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya yang dekat dengan dunia ekonomi dan koperasi. Ia menyebut, investor global Ray Dalio, bahkan pernah menilai Prabowo mirip dengan Deng Xiaoping dalam hal pandangan ekonomi.

Baca Juga :  Sy Fasha Ungkap Penyebab Harga Pinang di Jambi Rendah

“Kita lihat memang waktu Ray Dalio datang ke Indonesia, Pak Prabowo mirip Deng Xiaoping, dia ngomong itu. Faktanya, presiden kita itu mau ngambil jalan itu,” ujarnya.

Perubahan Paradigma Ekonomi

Kebijakan ekonomi Prabowo juga disebut menunjukkan pergeseran paradigma dari model yang memberi dominasi besar pada swasta ke arah ekonomi yang lebih digerakkan oleh negara (state-driven). Dia menilai pendekatan ini memperkuat peran negara dalam mengatur arah pembangunan nasional.

“Shifting paradigm dari yang dulu lebih menekankan negara dan swasta, di mana negaranya disetir oleh swasta, ke arah yang lebih heavy state-driven economy. Prabowo ini betul-betul ingin negara hadir kuat,” terangnya.

Pendekatan Terhadap Proyek Strategis Nasional

Di samping itu, Syahganda juga menyoroti sikap Prabowo terhadap proyek strategis nasional (PSN) dan sumber daya alam, seperti timah dan tanah jarang (rare-earth). Syahganda menilai Prabowo berupaya memastikan aset negara tidak lagi dikuasai oleh kepentingan oligarki.

“Prabowo kan larinya ke situ, karena melanggar UU Pasal 33, ini gue ambil balik. Dia buat badan khusus untuk tanah jarang yang mengendalikan semua karena dia tahu ini bagian dari pembangunan masa depan,” jelasnya.

Baca Juga :  Kekasih Dinar Candy, Ko Apex Divonis 5 Tahun 6 Bulan Penjara

Gaya Kepemimpinan yang Selaras dengan Teori Negara Kesejahteraan

Lebih lanjut, Syahganda menyebut, gaya kepemimpinan ekonomi Prabowo juga selaras dengan teori negara kesejahteraan (welfare state) seperti yang diterapkan di beberapa negara Amerika Latin. Dia menilai orientasi kebijakan Prabowo fokus pada pemerataan kemakmuran dan kesejahteraan bersama (common prosperity).

“Presiden kita ini yakin bahwa yang perlu ditekankan adalah sisi ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan bersama. Di situ memang agak berkurang demokrasi kita karena mereka yakin seperti China dan Vietnam, pertumbuhan bisa tinggi di bawah kepemimpinan kuat,” tambahnya.

Evaluasi Kebijakan Ekonomi dalam Setahun Pertama

Selama 1 tahun pertama pemerintahan Prabowo, secara keseluruhan Syahganda melihat arah perubahan paradigma yang jelas meski masih dalam tahap awal. Untuk itu, dia mengapresiasi keyakinan Prabowo untuk menekankan pembangunan ekonomi rakyat.

“Setahun pertama Prabowo sebenarnya baru shifting paradigm, tapi saya apresiasi karena dia punya keyakinan. Misalkan, dia mau sejahterakan rakyat, dari situ dia mau buat kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya. (sam)